digitalbank.id – PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) menggandeng PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk. (JPFA) dalam penyaluran pembiayaan Sustainability-Linked Loan (SLL) senilai Rp1,42 triliun.
Fasilitas kredit bilateral dengan jangka waktu 5 tahun ini akan digunakan untuk kebutuhan perusahaan secara umum. Direktur Corporate Banking BNI Silvano Rumantir mengatakan fasilitas pembiayaan ini merupakan komitmen BNI untuk terus mendorong potensi green banking seiring dengan tren peningkatan investasi bisnis berkelanjutan.
“Kami harap bisnis Japfa dapat berkembang dengan menggunakan skema pembiayaan ini. Bahkan, kami berharap ini bisa menjadi acuan bagi mitra kami lainnya dalam mengembangkan bisnisnya ke arah yang lebih berkelanjutan,” kata Silvano dalam siaran pers, Senin (1/8).
Silvano menambahkan dalam pembiayaan ini BNI telah menetapkan indikator kinerja utama lingkungan yang terkait dengan pencapaian target keberlanjutan yang ditujukan untuk meminimalkan dampak pencemaran air.
Selanjutnya, produksi air bersih melalui pengelolaan, pengolahan dan/atau daur ulang serta pemanfaatan air limbah dapat meningkatkan sirkulasi air dan mengurangi pengambilan air tanah.
Silvano menuturkan BNI akan mencari potensi pembiayaan perusahaan rantai pasok, pengelolaan arus kas, kanal pembayaran, supply chain financing, pembiayaan KUR ke para mitra serta produk konsumer karyawan, baik penghimpunan dana maupun penyaluran pinjaman.
“Semua produk perbankan kami dilengkapi dengan solusi digital yang solid bagi Japfa. Kami pun proaktif melakukan transformasi digital BNI guna menyuguhkan layanan yang terbaik,” tambahnya.
Hingga akhir Juni 2022, pembiayaan BNI pada segmen hijau telah mencapai Rp 176,6 triliun atau sebesar 28,6 persen dari total kredit. Seluruh pembiayaan tersebut diperuntukkan bagi industri yang menghasilkan produk atau jasa yang berdampak positif terhadap lingkungan hidup.
Pembiayaan hijau atau green financing BNI sejauh ini utamanya diberikan untuk kebutuhan pembangunan ekonomi melalui pemberdayaan UMKM senilai Rp 117,9 triliun. Adapun, selebihnya digunakan untuk kebutuhan pembangunan ekosistem lingkungan hijau Rp 16,1 triliun, energi baru terbarukan (EBT) sebesar Rp 12 triliun, serta pengelolaan polusi sebesar Rp 7,2 triliun, dan pengelolaan air dan limbah sebesar Rp 23,4 triliun.
Sementara itu, Direktur Japfa Leo Handoko mengatakan kerja sama strategis ini akan menjadi katalis tambahan perseroan untuk mencapai target keberlanjutan. Perseroan pun telah melaksanakan Life Cycle Assessment (LCA) yang dimulai sejak 2019.
LCA adalah penilaian formal berbasis sains dari siklus produksi perseroan yang terintegrasi secara vertikal dari pakan hingga produk ayam yang dijual. Berdasarkan LCA, pengolahan air limbah dan pengelolaan air telah diidentifikasi sebagai area fokus utama di mana dampak positif dapat dibuat.
“Japfa berharap dapat memberikan kontribusi terhadap tujuan pembangunan nasional dengan memproduksi makanan berprotein pokok yang bergizi, aman dan terjangkau melalui sistem produksi yang efisien antara lain, dengan penggunaan sumber daya yang efisien dan minimalisasi limbah,” katanya.(SAF)