digitalbank.id – METAVERSE memiliki 3 tahap penting yang harus dilalui dan disadari oleh semua pihak yang akan memasukinya. Tahap pertama adalah early stage yang disebut Meta Rooms. Tahap kedua adalah preparing yakni tahap yang disebut sebagai blockchain powered metaverse. Dan ketiga adalah tahap later, saat ketika semua aspek di metaverse sudah matang. Pada tahap ini, metaverse sudah menjadi dunia ketika kehidupan nyata manusia sudah bercampur dengan dunia virtual, mempengaruhi satu sama lain, terintegrasi. Sebuah dunia yang menawarkan kebebasan berekspresi, memfasilitasi seluruh interaksi tanpa batas.
Demikian dikatakan oleh Andes Rizky, Founder Shinta VR, perusahaan pengembang metaverse di Indonesia dalam Networking Event: Webinar on Banking in Metaverse, Metabanking as a New World Ecosystem yang diselenggarakan OJK, Kamis (16/6). Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa saat ini, perkembangan metaverse di dunia sudah sampai pada tahap 2 yakni tahap preparing (persiapan).
Sebagai informasi, sudah ratusan bahkan ribuan perusahaan di dunia yang sudah ambil bagian dalam tahap persiapan ini. “Saya prediksikan sekitar 4-5 tahun lagi, metaverse akan sampai pada tahap later, di sini semuanya, mulai dari software, hardware, komunitas, infrastrukturnya sudah terkoneksi dan terintegrasi dengan blockchain yang aman. Dan kalau sudah sampai tahap ini, ya sudah, perusahaan yang tidak ikut arus di metaverse, akan tertinggal,” tuturnya lincah.
Itu berarti, kerugian yang tidak ternilai besarnya bila perusahaan tidak segera ambil bagian di dunia metaverse. Karena metaverse adalah masa depan kehidupan digital. “Kita semua akan memasuki era metaverse sebagai hal yang bakal terjadi, keharusan dan keniscayaan,” tegasnya. Nah bagaimana mengantipasi hal tersebut?
Guna memandu dunia perbankan masuk ke dunia metaverse, Andes juga memberikan saran yang mencerahkan. Memang, demikian Andes, dunia perbankan itu sifatnya sangat tersentralisasi. Sedangkan metaverse sebaliknya yakni desentralisasi. Dengan sendirinya hal yang harus dilakukan perbankan ketika hendak memasuki metaverse adalah lakukan pendekatan kepada komunitas. Perlu dipahami di sini bahwa metaverse bukan sekedar transaksi melainkan konsolidasi peraturan, aktivitas komunitas, desentralisasi dalam hal transparansi, desentralisasi teknologi dan lain-lain.
“Nah, irisan untuk menjembatani dari sistem sentralisasi ke desentralisasi perbankan di metaverse adalah lewat pendekatan ke komunitas serta aktivitasnya. Metaverse berbeda sekali dengan game multiplayer. Ibaratnya, di metaverse kita bisa membuat komunitas dan komunitas ini bisa berinteraksi dengan komunitas-komunitas lainnya. Jadi sangat sosial tanpa batas.(SAF)