digitalbank.id – UNTUK mendorong kepercayaan nasabah inklusi dengan digitalisasi, BTPN Syariah melakukan digitalisasi secara bertahap, dan tidak serta merta memaksakan teknologi. Direktur BTPN Syariah Fachmy Achmad mengatakan langkah pertama yang dilakukan emiten bank dengan kode saham BTPS ini adalah mendigitalisasi proses pelayanan dan pendampingan kepada nasabah melalui para bankir pemberdaya di lapangan. “Bank memahami sudah ada sebagian nasabah yang nyaman dengan digitalisasi. Oleh karena itu Bank BTPN Syariah mengembangkan layanan berbasis aplikasi yang menyesuaikan kemampuan adaptasi nasabah,” kata Fachmy.
Lebih lanjut Fachmy Achmad mengatakan pengembangan teknologi itu akan memerhatikan tingkat literasi digital masyarakat inklusi, dan menyesuaikan kebutuhan nasabah yang dinamis, serta memastikan terjadinya peningkatan kesejahteraan nasabah. “Kami melihat peluang dan kesempatan untuk melayani lebih banyak lagi nasabah secara berkelanjutan, dengan melakukan berbagai inovasi memanfaatkan teknologi untuk kebaikan, demi mewujudkan aspirasi mereka,” ujarnya.
Aplikasi ini akan digunakan oleh Mitra Tepat, yaitu nasabah yang ditunjuk sebagai mitra untuk dapat melakukan pelayanan setor dan tarik tunai, membuka rekening hingga melayani transaksi, seperti membeli pulsa dan membayar tagihan, termasuk layanan e-commerce. “Oleh karena itu, BTPN Syariah pun memposisikan diri menjadi adaptive bank. Bank yang memang mengembangkan inovasinya sesuai kemampuan dan kebutuhan nasabahnya” tuturnya.
Fachmy menyatakan bahwa BTPN Syariah juga terus melakukan penyempurnaan layanan e-channel bagi nasabah pendanaan melalui Tepat Mobile Banking. Langkah ini bertujuan mengoptimalkan kemudahan bertransaksi. BTPN Syariah meyakini inovasi fondasi digital yang dikembangkan bagi kebutuhan masyarakat inklusi juga membawa pertumbuhan yang positif dan terjaga terhadap kinerja keuangan perseroan.
Hingga 31 Maret 2022, pembiayaan ultramikro yang menjadi fokus bank tumbuh 10 persen menjadi sebesar Rp 10,6 triliun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, yakni Rp9,7 triliun. Pertumbuhan pembiayaan ini disertai dengan kualitas pembiayaan yang tetap sehat tercermin dari non-performing financing (NPF) di bawah ketentuan regulator. Bank juga tercatat masih memiliki rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) yang kuat di level 53 persen, jauh di atas ketentuan dan rata-rata industri bank syariah.
Dengan total aset tumbuh 11 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi Rp9,2 triliun. Adapun, dana pihak ketiga (DPK) dijaga di level yang efisien pada Rp11 triliun. Kinerja keuangan yang menggembirakan ini memberikan laba bersih setelah pajak (NPAT) mencapai Rp411 miliar atau lebih tinggi dibandingkan kuartal pertama sebelum pandemi.(SAF)