digitalbank.id – GREEN Banking saat ini berkembang pesat dengan komitmen dari sejumlah bank untuk meningkatkan portofolio pembiayaan ramah lingkungan seperti energi terbarukan, efisiensi energi, pertanian organik, eco-tourism, transportasi ramah lingkungan, dan berbagai produk eco-label.
Dalam perjalanannya green portofolio bisa menjadi modal untuk green bond dan sustainability bond yang banyak diincar oleh investor pada saat ini. Hal ini pula yang dilakukan oleh PT Bank HSBC Indonesia yang menyalurkan pinjaman hijau kepada PT Eco Paper Indonesia, anak usaha PT Alkindo Naratama Tbk. (ALDO), sebesar Rp27 miliar.
Selain memberikan pinjaman, HSBC juga berkomitmen untuk memberikan dukungan dan bimbingan untuk membantu bisnis perusahaan nasabah, yang mendukung tujuan proses transisi nol bersih. Direktur Perbankan Komersial HSBC Indonesia Eri Budiono mengatakan PT Eco Paper Indonesia merupakan nasabah pertama yang mendapatkan pinjaman hijau dari HSBC Indonesia, dengan nilai Rp27 miliar. “Dukungan ini adalah komitmen dari HSBC untuk memobilisasi pembiayaan berkelanjutan, guna mendukung nasabah dan pemerintah menuju karbon netral,” kata Eri dalam konferensi virtual, Jumat (18/3).
Dia menambahkan Bank HSBC berkomitmen menjadi Net Zero Bank atau bank nol bersih pada 2050. Untuk mencapai tujuan ini, HSBC menetapkan sejumlah langkah strategis seperti menentukan rencana net zero dalam beroperasi. Kemudian mendukung proses transisi bagi para nasabah. “Juga mendukung inovasi terkini dalam solusi iklim dan mengakselerasi investasi yang berkelanjutan,” imbuhnya.
Salah satu contoh yang telah dilakukan HSBC untuk mewujudkan hal itu adalah pembentukan perusahaan gabungan dengan Temasek Holding, untuk memberikan pembiayaan berkelanjutan di Asia dengan target pembiayaan lebih dari US$1 Miliar. Asia membutuhkan dukungan yang lebih banyak untuk infrastruktur berkelanjutan. Sementara itu, Direktur Utama Alkindo Naratama Herwanto Susanto mengatakan pembiayaan yang diterima akan digunakan untuk membentuk program kemasan penuh (full packaging) dari tahap awal.
“Ini inisiasi untuk membentuk lini bisnis baru,” kata Sutanto. Sutanto menambahkan dalam 2 tahun terakhir, Alkindo dan anak usaha terus mengembangkan program kemasan penuh. Dia mengatakan 2 tahun lalu belum ada kemasan penuh dengan kerta coklat yang dibuat dari kertas daur ulang. Semua kemasan berasal dari kertas putih dan polistirena. “Kedua bahan tersebut memang murah tetapi tidak ramah lingkungan,” kata Sutanto.(SAF)
Tren, peluang dan tantangan perbankan dalam mendorong pembiayaan berkelanjutan di Indonesia - digitalbank.id