digitalbank.id – Rencana masuknya dua bank BUMN, BRI dan BNI ke metaverse juga berita JPmorgan yang mengklaim sebagai bank pertama di dunia yang beroperasi di metaverse, menunjukkan bahwa metaverse bukan lagi hype apalagi ilusi semata. metaverse sudah menjadi realitas global sebagai konsekuensi logis perkembangan teknologi yang tidak bisa ditampik dan mesti diterima, termasuk juga oleh industri perbankan.
Menindaklanjuti sukses webinar pertama di Indonesia yang digelar dengan teknologi metaverse bertajuk “Banking in Metaverse: Hype or Real?” pada 26 Januari 2022 lalu, digitalbank.id dan Shinta VR akan menggelar Focus Group discussion (FGD) bertajuk “Banking on Metaverse: Challenges and Opportunities” yang akan diselenggarakan secara daring pada 22 Februari 2022 mulai pk.09.00 – selesai (pendaftaran bisa dilakukan di link ini: https://bit.ly/Metabank_FGD)
Baca juga: Jamie Dimon, tokoh penting di balik keputusan JPMorgan masuk ke metaverse
Menurut Pemimpin Redaksi digitalbank.id Cepi Husada, animo kalangan perbankan dan non-bank terhadap metaverse sangat besar. “Buktinya, di webinar pertama yang kami gelar, peserta yang mendaftar ada 600 orang lebih. setelah webinar pun banyak peserta yang menanyakan soal metaverse. melihat animo yang besar, khususnya dari kalangan perbankan, kami akan menggelar FGd untuk lebih mempertajam fokus perbankan di metaverse,” katanya melalui keterangan tertulisnya, Senin (21/2).
Cepi mengatakan digitalbank.id dan Shinta VR juga telah menyepakati mou dalam menggarap proyek metaversebanking di mana di dalamnya terdapat ekosistem keuangan yang sangat kompleks yang dilengkapi dengan entertainment. “Jadi semua bank bisa masuk ke metaverse yang tengah kami siapkan. Proyek metaversebanking ini rencananya akan kami launch pada akhir maret atau awal april 2022,” ujarnya.
Baca juga: Bidik potensi pasar US$1 triliun, JPMorgan jadi bank pertama di metaverse
Lebih lanjut cepi mengatakan, digitalbank.id sebagai portal berita perbankan yang punya concern pada digital banking dan perkembangan teknologi perbankan seperti halnya metaverse, punya semacam kewajiban moral mengawal penerapan teknologi ini di Indonesia. “Tujuannya tak lain supaya metaverse ini bisa menjadi teknologi yang bermanfaat bagi perbankan dalam membangun bisnisnya ke depan,” kata cepi.
Cepi berharap dari FGd ini akan dihasilkan satu wacana publik terkait konsep metaverse yang diinginkan ekosistem perbankan. “di FGD kali ini kami hadirkan praktisi perbankan, nasabah prioritas, selain tentunya pembicara dari Shinta VR.”
Baca juga: Masih pelajari perkembangan metaverse, OJK belum siapkan regulasi metaverse banking
Sementara itu Managing Director Shinta VR Andes Rizky mengatakan masih ada pemahaman yang keliru mengenai metaverse banking. “Banyak bank masih berpikir metaverse itu seperti memindahkan kantor. mereka seperti buka kantor cabang virtual di metaverse. Padahal metaverse sangat luas. ekosistemnya harus dibangun. Jadi saya bertanya juga, untuk apa satu bank masuk ke metaverse dan di sana bank itu cuma sendirian, stand alone,” tuturnya.
Andes mengatakan, prinsip dan semangat metaverse adalah desentralisasi. metaverse adalah gerbang menuju sebuah dunia baru yang tidak lagi mengenal jarak dan waktu. “Selain itu , metaverse adalah tatanan yang harusnya tidak memiliki egosentris pihak tertentu. Prinsip inilah yg tertuang dalam seven layer of metaverse, di lapisan ketiga, desentralisasi,” katanya.
Baca juga: Setelah BRI dan BNI, Bank Danamon mulai lirik teknologi metaverse
Selain itu, dibutuhkan analisis dan pemahaman lebih dalam tentang apa yg diharapkan masyarakat jika masuk ke dalam metaverse. “Asumsi-asumsi yg selama ini beredar masih berada dalam koridor egosentral, sehingga dibutuhkan FGD untuk membangun dunia metaverse banking yang dapat diterima masyarakat, khususnya para early adopter,” tutur Andes yang kini bersama tim shinta VR tengah menggarap proyek bersama Rans entertainment milk Raffi Ahmad. (HAN)
