digitalbank.id – PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. menyiapkan belanja modal atau capital expenditure (capex) sekitar Rp7 triliun-Rp8 triliun pada 2022 yang dudominasi untuk penguatan digitalisasi.
Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan setiap tahunnya BRI menganggarkan capex sekitar Rp7 triliun-Rp8 triliun. “Lebih dari separuhnya, 57% dari anggaran itu, dialokasikan untuk belanja modal IT. “Dan 57 persen dari anggaran tersebut kita alokasikan untuk capex IT,” katanya dalam keterangan resminya Senin, (7/2).
Menurut dia besarnya anggaran capex untuk IT menunjukkan sedemikian concern-nya BRI terhadap transformasi digital yang memang basisnya adalah IT. BRI memang terus memperkuat aspek digitalisasi untuk menghasilkan model bisnis baru.
Baca juga: Klaim mampu ciptakan economic value, BRI bukukan laba bersih Rp32,21 triliun di 2021
“Model bisnis baru yang mengandalkan digitalisasi dipercaya dapat membawa efisiensi dalam operasional BRI Group.”
Dia mengatakan BRI saat ini menerapkan konsep hybrid bank yang memastikan masyarakat yang belum terlalu familiar terhadap digitalisasi bisa tetap terlayani. BRI mengacu pada tiga prinsip utama dalam menerapkan hybrid bank.
Pertama, digitalisasi proses bisnis untuk mendongkrak produktivitas serta efisiensi. Implementasi efisiensi bisnis proses ini dapat ditunjukan dari layanan BRImo, BRISpot, serta BRILink. Kedua, menyertakan digitalisasi BRI dalam ekosistem bisnis. Penetrasi ke ekosistem digital ini berimplikasi positif terhadap pertumbuhan dana murah (CASA), Fee Based Income (FBI), hingga bisa menjaring nasabah baru. Ketiga, optimalisasi layanan fully digital sehingga dapat memperkuat layanan yang lebih customer centric.
Baca juga: BRI luncurkan layanan BRImo e-Payment agar transaksi e-commerce lebih praktis
Selain it, transformasi digital ini juga berlaku di anak perusahaan sehingga bisa menimbulkan pertumbuhan yang berkelanjutan dan menghasilkan diversifikasi income di BRI Group.
“Kalau kita hanya buat digital bank saja, ya create value sementara tetapi kemudian sustainability-nya tidak menjadi prioritas. Berbeda dengan yang BRI jalankan, di mana keterlibatan transformasi anak perusahaan di-support oleh BRI. Ambil contoh Bank Raya yang akan dijadikan digital bank, disupport penuh oleh induknya,” katanya.
Lebh lanjut Suanarso mengatakan layanan digital BRI semakin diandalkan oleh nasabah. Hal itu tercermin dari BRImo yang konsisten mencatatkan pertumbuhan pengguna hingga dua digit dalam tiga tahun terakhir. Pada 2019, pengguna BRImo mencapai 2,96 juta dengan frekuensi transaksi 100,74 juta kali yang senilai Rp33,78 triliun.
Kinerja tersebut kemudian semakin kokoh di tahun berikutnya. Sepanjang 2020, pengguna BRImo naik menjadi 9,05 juta dengan frekuensi transaksi 764,84 juta kali yang membukukan nilai transaksi senilai Rp197,43 triliun. Sampai dengan akhir 2021 terdapat 14,15 juta pengguna dengan laju transaksi yang melesat hingga 66,24 persen secara year on year (yoy) menjadi 1,27 miliar transaksi. (HAN)