digitalbank.id – MASALAH yang mendesak dan perlu diwaspadai dalam transformasi digital di Indonesia termasuk bank digital, adalah risiko perang tech talent di Indonesia. Maksudnya, permintaan dan kebutuhan akan ahli teknologi digital berbakat akan sangat tinggi di era transformasi bank digital dalam 2-3 tahun ke depan. Namun, suplai talenta digital ini sangat sedikit.
Demikian prediksi Bayu Prawira Hie, Direktur Eksekutif Intellectual Business Community. Di Indonesia, demikian Bayu, tidak banyak orang yang menguasai teknologi. Maksudnya menguasai lengkap implikasi teknologi, mengerti artificial intelligence, machine learning dan deep learning.
“Talenta teknologi yang punya high level of digital skill ini sangat-sangat kurang,” tegasnya.
“Maka yang akan terjadi adalah “perang” tech talent — saling bajak talenta teknologi digital, karena defisit talenta. Bahkan ini bisa terjadi di hampir di setiap industri,” ucap Bayu.
Kalau Bayu memprediksi sekitar 2-3 tahun ke depan, apa yang terjadi di manajemen Allo Bank, fenomena minimnya tech talent itu mulai terasa.
Seiring dengan rencana rights issue, Chairman CT Corp Chairul Tanjung mengungkapkan rencana perubahan susunan manajemen dari PT Allo Bank Indonesia Tbk. (BBHI). Chairul Tanjung atau biasa disapa CT mengatakan manajemen Allo Bank saat ini bersifat sementara. Oleh sebab itu, perubahan susunan kepengurusan dipastikan akan terjadi guna memperkuat pondasi dari bank digital tersebut.
“Manajemen yang ada saat ini adalah manajemen sementara karena kami memerlukan manajemen yang solid, yang kuat. Kami akan menggabungkan talent yang ada di Indonesia dengan talent yang ada di global,” ujarnya di Jakarta baru-baru ini.
Chairul Tanjung menuturkan bahwa pengumuman terkait manajemen Allo Bank yang utuh akan disampaikan dalam rapat umum pemegang saham atau RUPS. “Dan, tentu partner-partner kolaborasi akan memberikan masukan dan usulan terhadap orang-orang yang dianggap istimewa untuk diusulkan menjadi manajemen guna memperkuat dari Allo Bank itu sendiri,” kata CT.
Allo Bank pada hari ini resmi memulai periode perdagangan Penawaran Umum Terbatas atau rights issue. Dalam prospektusnya, menerbitkan sebanyak 10,04 miliar saham biasa atas nama dengan nominal Rp100 per saham.
Adapun harga pelaksanaan rights issue ditetapkan sebesar Rp478 per saham. Dengan demikian, perseroan berpotensi mendapatkan dana Rp4,8 triliun melalui aksi korporasi tersebut. Perseroan menentukan periode perdagangan penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) terhitung mulai 13 Januari 2022 hingga 19 Januari 2022. HMETD yang tidak dilaksanakan hingga tanggal akhir periode dinyatakan tidak berlaku lagi.
Dalam aksi korporasi ini, Allo Bank tercatat memiliki 6 investor strategis, yakni PT Bukalapak.com Tbk., Abadi Investments Pte. Ltd, PT Indolife Investama Perkasa, H Holdings Inc., Trusty Cars Pte. Ltd, dan PT CT Corpora.
PT Mega Corpora sebagai pemegang saham utama Allo Bank dengan kepemilikan 90 persen menyatakan hanya mengambil bagian dan melaksanakan 30 persen dari seluruh HMETD yang menjadi haknya. Sisanya hak itu dialihkan kepada Bukalapak sebanyak 2,49 miliar saham, Abadi Investment Pte. Ltd. sebanyak 1,52 miliar saham, dan PT Indolife Investama Perkasa sebanyak 1,30 saham. Selain itu, H Holdings Inc. akan menyerap sebanyak 448,74 juta saham, Trusty Cars Pte. Ltd mencapai 150 juta saham, dan PT CT Corpora sebanyak 408,31 juta saham. (SAF)