digitalbank.id – PAKAR TRANSFORMASI DIGITAL Bayu Prawira Hie mengungkapkan tingkat kematangan digital bank yang menggunakan Digital Maturity Assessment for Bank (DMAB) saat ini masih rendah dan jauh dari harapan. Sementara faktor leadership dianggap masih menjadi kendala utama transformasi digital perbankan di Indonesia.
“Rata-rata nilai kematangan digital perbankan di Indonesia masih rendah. Kalau di sekolah itu ada ponten, ada nilainya, masih di bawah nilai minimal layak lulus. Artinya apa, sebagian besar bank di Indonesia belum bisa dikatakan lulus Digital Maturity Assessment for Bank yang ditetapkan OJK,” katanya dalam webinar “Transformasi Digital Bank untuk Mendukung UMKM Indonesia” yang diselenggarakan Bank Indonesia di Jakarta, Kamis (19/11).
Menurut dia, rendahnya tingkat kematangan digital perbankan di Indonesia itu disebabkan oleh banyak faktor. Namun, faktor yang paling utama adalah leadership. “Leadership drives digital trasformation success, leadership is the key, kuncinya di leadership,” tambah Bayu.
Baca juga: “Perkawinan” AI, blockchain, cloud computing dan big data lahirkan WeBank
Dia menganalogikan seperti kawanan domba yang dipimpin seekor singa. “Mereka akan bisa memenangkan pertarungan menghadi gerombolan singa yang dipimpin seekor domba. Jadi kuncinya adalah pada kepemimpinan bank.”
Lebih lanjut penulis buku Panduan Transformasi Digital Bank di Indonesia: Konsep dan Praktek dalam Memimpin Transformasi Total (2021) ini mengatakan selain leadership, faktor mindset juga masih menjadi kendala dalam proses transformasi digital perbankan. “Dulu mindset orang bank karena merasa punya uang, semua harus beli. Padahal sekarang zamannya tidak lagi begitu. Kalau bisa sewa atau kerja sama kolaborasi dengan pihak luar kenapa enggak. Jangan internal looking lagi, harus diubah. Mindset harus diubah dari tangible menjadi intagible,” katanya.
Satu hal yang perlu dipertegas, kata Bayu adalah digital vision dari masing-masing bank dan digital transformation governance. “Jadi jelas bank mau kemana, blueprint transformasi digitalnya harus sudah disusun secara apik.”
Baca juga: Bank digital sebagai pandemic native, sebuah survei
Akan halnya dukungan perbankan digital terhadap UMKM, justru Bayu malah bertanya, apakah bank sudah benar-benar siap menjadi digital? “Bank-nya sudah digital belum? Nyatanya dari hasil Digital Maturity Assessment for Bank kan masih jauh dari harapan.”
Masih rendah
Sebeumnya Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut tingkat maturitas bank digital di Indonesia dari segi manajemen risiko baru mencapai 43%. Angka ini didapat berdasarkan mengevaluasi tingkat kematangan digital bank menggunakan Digital Maturity Assessment for Bank (DMAB).
Anggota Dewan Komisioner sekaligus Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Heru Kristiyana mengatakan kesiapan manajemen risiko perbankan ini menjadi perhatian OJK mengingat saat ini tingkat kematangan manajemen risiko masih paling rendah dibandingkan dengan lima indikator lainnya yang ditetapkan OJK.
“Yang perlu diperhatikan manajemen risiko masih 43%. Bagaimana kita perlu siapkan manajemen risiko di era digital, kita sudah berikan panduan sangat lengkap dan detail dan harus menjadi perhatian kita semua,” katanya.
Baca juga: Transaksi digital dongkrak laba bersih Bank Sampoerna kuartal III-2021
Dia mengatakan hal itu saat Launching & Media Briefing terkait Cetak Biru Transformasi Digital Perbankan OJK, akhir Oktober lalu.
Dalam bahan paparan yang disampaikan Heru, masih rendahnya manajemen risiko dan tatanan institusi perbankan digital menunjukkan bahwa strategi digitalisasi perbankan masih belum didukung oleh kapasitas organisasi dan budaya digital serta manajemen risiko yang memadai dalam rangka mendukung transformasi digital. Lima indikator lainnya yakni tingkat kematangan sistem data perbankan digital saat ini baru mencapai 57%. Lalu tingkat kematangan teknologi bank digital di Indonesia baru mencapai 50%.
Baca juga: Ini rahasia Kakao Bank jadi bank paling moncer di Korea Selatan
Selanjutnya ada kematangan kolaborasi perbankan dengan ekosistem lain baru mencapai 53%, sedangkan kematangan tatanan industri baru di angka 46%. Indikator lainnya yakni dari sisi customer mencapai 50%. Dimensi tingkat kematangan digital yang masih memiliki penilaian rendah dibandingkan dimensi lainnya kemudian akan menjadi perhatian utama OJK ke depan dalam rangka mendorong perbankan Indonesia untuk melakukan percepatan transformasi digital.
Penilaian tingkat kematangan digital Bank telah dilakukan OJK pada seluruh Bank Umum baik konvensional dan syariah. Tingkat kematangan digital yang tinggi mencerminkan kesuksesan transformasi digital yang dilakukan oleh bank enam dimensi penilaian DMAB. Tingkat kematangan digital tertinggi merupakan proksi tingkat kematangan digital yang dimiliki oleh bank fully digital. (HAN)