digitalbank.id – PAKAR TRANSFORMASI DIGITAL Bayu Prawira Hie mengungkapkan bank pembangunan daerah (BPD) sangat potensial disulap menjadi bank digital yang murni digital dan punya prospek ciamik, mengingat keberadaan BPD di daerah selama ini telah mampu menjadi akselelator perekonomian daerah.
“Potensi BPD ini cukup baik untuk dikembangkan menjadi bank digital. Banya kok BPD yang kinerjanya baik,” ujarnya kepada digitalbank.id akhir pekan lalu.
Namun menurut Bayu, sebelum ditransformasi menjadi bank digital, agar menarik, BPD harus go public dan dikelola secara transparan. “Ya. itu prasyaratnya, go public dan transparan, baru menarik dijadikan bank digital. BPD ini berfungsi sebagai akselelator perekonomian di daerah, punya kontribusi besar,” katanya.
Baca juga: Tak ada pilihan, tiga tahun ke depan retail banking harus sudah digital
Berdasarkan catatan yang ada BPD di sejumlah daerah punya kinerja ciamik hingga kuartal III 2021, baik dari sisi penyaluran kredit dan laba bersihnya. Sebut saja PT Bank Pembangunan Jawa Barat Tbk (BJB) yang sudah melantai di bursa, per Agustus 2021 laba bersihnya (bank only) tercatat Rp1,2 triliun atau tumbuh 9% dari periode yang sama tahun lalu (year on year/YoY). Bunga bersih bank ini juga meningkat Rp19,5% atau menjadi Rp4,9 triliun. Sedangkan kredit perseroan tumbuh 4,85% menjadi Rp91,24 triliun.
Bank Sumsel Babel (BSB) juga mencetak kinerja yang cukup oke. Bank ini membukukan laba kuartal III 2021 sebesar Rp465 miliar alias tumbuh 7,58% secara yoy. Pertumbuhan kredit juga mencapai 6,17% (yoy) atau menjadi Rp18,38 triliun. Lalu, Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh 5,12% menjadi Rp26,3 triliun. Kinerja yang cukup gemilang ini membuat aset BSB naik 7,12% ke Rp32,13 triliun.
Baca juga: Kacab bank siap-siap mutasi, posisi Anda akan digantikan head of digital
Tak ketinggalan. Bank Sumut mencatatkan laba sebesar Rp456 miliar pada kuartal III 2021 atau tumbuh 12,6%. Sedangkan kredit mencapai Rp24,6 triliun atau naik 4,4%. Hingga akhir tahun, Bank Sumut memproyeksikan laba tumbuh sekitar 7% dan kredit naik 4%. Sedangkan tahun 2022, perseroan optimis kredit bisa tumbuh sekitar 9% sejalan dengan rencana perseroan melakukan penambahan modal lewat IPO.
Ekosistem digital
Untuk menuju go public atau initial public offering (IPO) perjalanan BPD tidaklah mudah. Makanya, hingga kini dari 27 BPD yang ada, masih sedikit sekali yang melantai di bursa. Pihak Asosian Bank Pembangunan Daerah (Asbanda) mengungkapkan asih banyak kendala yang dihadapi BDP untuk go public. Sementara yang sudah go public, saat ini sudah bisa fokus pada pengembangan digital banking untuk menciptakan ekosistem digitalnya masing-masing.
Seperti halnya PT Bank Banten Tbk (BEKS). Bank ini dikabarkan PT Fortress Data Services (FDS) dalam penggunaan teknologi Amazon Web Services (AWS) untuk transformasi digital, baik bagi nasabah ataupun untuk operasional Bank Banten. Bank Banten menyasar kolaborasi dengan institusi pendidikan, kesehatan, usaha mikro kecil menengah (UMKM), dan pelaku industri di Banten untuk mengembangkan ekosistem keuangan di Banten.
Baca juga: Bank BUMN adu strategi di jalur digital hadapi fenomena gig economy
PT BPD Sumatera Selatan dan Bangka Belitung atau Bank Sumsel Babel (BSB) juga tengah mendongkrak peningkatan transaksi pada kanal elektronik, khususnya pada layanan Quick Response Indonesian Standard (QRIS), mobile banking dan CDM baik dari jumlah frekuensi transaksi maupun nominal transaksi.
PT BPD Sumut juga telah melakukan tahapan transformasi digital dengan mengembangkan mobile banking Bank Sumut, e-form, kartu debit, cardless ATM dan pengembangan aplikasi pengajuan kredit secara daring.
Go digital
Pihak Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga menginginkan seluruh BPD yang ada di Indonesia mengadopsi teknologi digital (go digital) pada 2021. Pasalnya, aktivitas bank secara digital dinilai bisa menjadi salah satu katalis pertumbuhan ekonomi di tahun depan.
“Kami mendorong semua, even itu bank kecil, BPD, agar semua go digital,” ujar Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso.
Wimboh mengatakan dorongan itu tidak hanya bertujuan untuk memudahkan akses dan layanan keuangan bagi masyarakat tetapi juga bank yang bersangkutan. Selain itu, adaptasi teknologi juga bisa membuat bank di daerah mampu memberikan pelayanan yang setidaknya sama dengan bank di kota besar. (HAN)