digitalbank.id – HARI SENIN ATAU SELASA biasanya kantor-kantor bank penuh sesak. Antrean di depan teller mulai mengular sejak kantor bank buka, biasanya pk.08.00 hingga pk.15.00. Pemandangan di ruang customer service juga tak kalah heboh. Kursi antrean di ruang tunggu terlihat penuh oleh nasabah. Tapi, pemandangan seperti itu tidak akan kita jumpai lagi. Ya, cuma bisa kita rindukan ketika semua bank sudah bermigrasi ke digital.
Bahkan nantinya kita tak akan lagi menjumpai gedung kantor cabang atau kantor pembantu bank yang selama ini berserakan di kota-kota besar di Indonesia. Sebagian besar kantor-kantor cabang, cabang utama atau cabang pembantu, sudah banyak tutup. Hingga kini menurut laporan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), sudah lebih dari 3.000 kantor cabang yang ditutup.
Baca juga: Bank BUMN adu strategi di jalur digital hadapi fenomena gig economy
Pandemik yang muncul sejak tahun 2019 lalu, menjadi momentum evolusi dan transformasi teknologi yang melanda dunia perbangkan. Hasil survei di Amerika Serikat, membuktikan, 90% nasabah puas dengan pelayanan bank digital di sana. Di sini, survei OJK melaporkan penggunaan mesin ATM menurun hingga 50%.
Ada kecenderungan, orang mulai enggan untuk datang dan mengantri di anjungan tunai. Fenomena yang terjadi saat ini, semua transaksi pembayaran dan keuangan lainnya, dilakukan lewat smartphone. Transaksi penggunaan mobile banking melonjak hampir 85%.
OJK juga mencatat, per Oktober 2021, jumlah rekening nasabah baru mencapai lebih dari 2 juta. Bila ditelisik, hampir 78% adalah rekening baru pada kurang lebih 7 hingga 11 bank digital yang sudah beroperasi. Rupanya, promosi jor-joran yang dilakukan bank digital mampu menarik minat masyarakat. Sejumlah insentif dan bonus serta kemudahan, yang diberikan bank digital, karuan saja disambut gembira.
Baca juga: Tak ada pilihan, tiga tahun ke depan retail banking harus sudah digital
Hampir semua bank digital menawarkan bebas biaya transfer, biaya admin nol, dan saldo uang tunai yang bervariasi, mulai dari Rp25.000-Rp100.000. Bahkan bank digital yang berafiliasi dengan moda transportasi Grab memberikan voucher senilai Rp650.000. Bank Jago juga berani memberikan bunga sampai 8%. Selain sangat mudah, transaksi pun jauh lebih cepat dilakukan di mana saja.
Survei OJK terkini juga menyebutkan tidak kurang dari 42% calon nasabah ingin membuka rekening secara online, sementara 35% lainnya meminta pengajuan kredit dengan cara yang sama. “Orientasi pelayanan kepada nasabah akan terus berubah. Tuntutan terhadap service level memang semakin tinggi,” ujar seorang peneliti perbankan kepada digitalbank.id.
Potensi tumbuhnya bank digital secara eksponensial, memang beralasan. Lagi-lagi karena, berdasarkan data, jumlah masyarakat tergolong dewasa yang belum mempunyai rekening bank sebesar 52% atau 95 juta jiwa. Hampir 47% di antaranya tidak punya akses kredit.
Melihat potensi besar itu, PT Bank Jago, misalnya berencana pada tahun 2022 nanti akan menyalurkan kredit secara langsung dari aplikasinya (tidak lagi peer to peer lending). Akhir September lalu saja, bank besutan konglomerat Jerry Ng ini, sudah menyalurkan kredit sebesar Rp3,73 triliun atau 502% lebih tinggi dari periode yang sama tahun lalu.
Baca juga: Penawaran bunga tinggi bank digital tak langgar
Bank yang valuasi marketnya sudah mendekati Bank Mandiri di bursa saham ini, konon hampir sepenuhnya beroperasi secara digital. “Kami memang sangat efisien karena banyak sekali yang bisa dihemat dalam hal belanja modal karena tidak ada lagi model kantor dan cabang bank,” ujar petinggi Bank Jago itu.
Hampir semua bank saat ini, Berbondong-bondong menyulap dirinya menjadi bank digital. Peran infrastruk teknologi, pengolahan data beserta tingkat keamanannya, akan sangat berperan dibandingkan dengan pelayanan yang sifatnya offline selama ini.
Jadi, tak berlebihan nantinya, bank tak lagi membutuhkan seorang kepala cabang (head of branch), tapi yang diperlukan cukup seorang head of digital di setiap lini produknya. (LUK)